Sabtu, 13 April 2013

Kasus Bullying di Indonesia



Kemungkinan tejadinya tindakan bullying di lembaga pendidikan (sekolah) yang memiliki jenjang tingkat pendidikan dari junior hingga senior memang sangat besar. Salah satunya adalah kasus tindakan bullying di SMAN 34 Jakarta.
Pada bulan November 2008 lalu, geng Gazper (salah satu nama geng siswa di SMAN 34) diadukan ke Polsek Cilandak oleh salah seorang murid SMAN 34. Muhammad Fadhil Harkasaputra, salah satu korban tindak kekerasan tersebut, terluka parah dan patah tulang karena dipaksa berkelahi dengan murid yang lebih tua di geng Gazper. Kasus ini berakhir dengan dibubarkannya geng Gazper dan 5 orang siswa yang melakukan aksi kekerasan dikenakan sanksi dengan dikeluarkan dari SMAN 34. Fauzan, salah seorang siswa SMA di Jakarta, berpendapat bahwa cara mengatasi bullying itu harus dilakukan melalui pengawasan yang ketat tidak hanya di dalam lingkungan sekolah tapi juga di luar sekolah, Aksi bullying senior ke junior akan terus berlangsung sehingga menjadi tradisi ke generasi bawahnya.


Lain halnya dengan kasus di kota Pati, Jawa Tengah. Bulan Juni lalu, terdapat Geng Nero yang melakukan kekerasan terhadap adik kelasnya. Geng yang beranggotakan anak-anak perempuan ini sudah ada sejak 2 tahun yang lalu dan sering ‘menggencet’ orang-orang yang tidak disukai oleh mereka. Intinya, geng ini akan ikut campur dengan orang-orang yang sebenarnya tidak berhubungan dengan mereka, tapi dengan anggota geng Nero. Aksi Geng Nero ini mendapat protes dari Sisil, seorang siswi SMA di Jakarta, “Kok perempuan pakai kekerasan segala? Pasti kan orangtuanya juga tidak pernah berlaku kasar secara fisik gitu ke mereka juga kan? Tapi kenapa mereka berlaku seperti itu?”
Bullying bukanlah hal baru dalam dunia sekolah. Perilaku saling mengejek juga merupakan bagian dari bullying, jika korbannya merasa tertekan. Sebenarnya, apakah bullying itu? Seorang aktivis anti-bullying Indonesia Diena Haryana, menjelaskan bahwa Bullying adalah segala perilaku yang dilakukan kepada orang lain baik secara verbal, fisik, atau mental yang dilakukan dengan berulang-berulang menggunakan power untuk menunjukkan bahwa saya berkuasa, saya lebih hebat sehingga memberikan dampak rasa takut, tertindas dan terintimidasi. Jika ledek-ledekan tidak berdampak apa-apa itu tidak termasuk bullying.
Dalam penelitian LSM Sejiwa terhadap 1300 lebih orang pelajar dan guru di Jogja, Surabaya dan Jakarta, setiap sekolah pasti ada bullying. Mulai dari yang ringan hingga berat. Ada yang mengancam, menjewer, mengucilkan, menampar, memukul, menendang bahkan menggunakan senjata tajam.
Pelaku punya banyak alasan untuk menggencet seperti tekanan di rumah, tidak percaya diri atau meniru orang yang lebih tua. Tayangan televisi pun bisa menjadi penyebabnya. Bullying atau menggencet orang lain dalam bentuk apapun salah. Tidak ada salahnya menciptakan budaya mengasihi terhadap sesama manusia.
Stop Bullying mulai dari sekarang!!!!

http://stopbullyingbyseven.blogspot.com/2009/06/kasus-bullying-di-indonesia.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar