Baru-baru ini merebak kabar ada yang bunuh diri karena cyberbully di Jogja.
Saya akhirnya mencari tahu kabar ini, dari googling sampe baca-baca tuit tentang Bobby Yoga atau Kebo. Kebo yang ketua pelaksana event musik ini bunuh diri setelah acara yang dibuatnya gagal. Banyak yang bilang dia bunuh diri karena gak tahan dengan caci maki gagalnya acara Lockstockfest2 yang dibuatnya. Setelah baca obituari dari seorang teman dari Kebo, saya merasa ini bukanlah karena cyberbullying.
Saya akhirnya mencari tahu kabar ini, dari googling sampe baca-baca tuit tentang Bobby Yoga atau Kebo. Kebo yang ketua pelaksana event musik ini bunuh diri setelah acara yang dibuatnya gagal. Banyak yang bilang dia bunuh diri karena gak tahan dengan caci maki gagalnya acara Lockstockfest2 yang dibuatnya. Setelah baca obituari dari seorang teman dari Kebo, saya merasa ini bukanlah karena cyberbullying.
Sebenarnya sudah banyak kasus bunuh diri karena cyberbully ini. Sebut saja Megan Taylor Meier, Phoebe Prince, Amanda Todd, Katie Webb, Jade Stringer, Sheniz. Amanda Todd yang paling banyak diomongin tahun lalu karena sebelum bunuh diri dia sempet bikin video dan diunggah ke Youtube.
Cyberbully sendiri banyak terjadi di kalangan remaja. Menurut studi American Academy of Pediatrics (AAP), 78% remaja yang melakukan bunuh diri, selain mengalami cyberbully juga menjadi korban bully di kehidupan nyata. Hanya 17% saja yang menjadi korban cyberbully.
Jadi bisa dikatakan bahwa sebenarnya pem-bully-an ini mungkin awalnya terjadi di dunia maya tapi berlanjut ke dunia nyata, inilah yang membuat korban bully tertekan dan depresi yang selanjutnya bisa menimbulkan keinginan bunuh diri.
Hal yang kayak gini banyak terjadi pada remaja karena memang remaja masih labil, masih kurang bisa menggunakan media sosial dengan bijak menurut saya. Apa-apa di publish di Twitter dan Facebook, ntar klo ada yang ngeledekin dimasukin dalam hati. Jadi kesel sama yang ngeledek, akhirnya di dunia nyata musuhan, bales ledek dan bisa dibanyangin gimana seterusnya.
Sebagai yang paling tidak sedikit lebih ngerti tentang media sosial, para orang tua, kakak, om dan tante setidaknya kita bisa mengingatkan, mengedukasi ke anak, adik atau ponakan bahkan tetangga agar bisa menggunakan media sosial dengan bijak. Boleh Tuit apa aja asal jangan bawa-bawa SARA, ngeledek fisik apalagi ngomong kotor. Boleh beda pendapat di Twitter dan Facebook biar jadi diskusi asyik. Yang beda pendapat sama kita bukan berarti dia gak suka kita secara pribadi ya. Itu sangat berbeda.
Poin penting adalah segala beda pendapat, segala ledekan ala becandaan jangan dibawa ke dunia nyata. Gak perlu. Boleh rame di media sosial tapi buatlah kedamaian dalam hidup *tsah*
Media sosial sama halnya kayak internet, bisa membawa hal positif dan negatif. Positif kalo kita bisa membawanya menjadi kegiatan positif dan juga sebaliknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar