Rabu, 26 Juni 2013

Kisah Tragis Tyler dan Ty, Korban Bullying

Bullying adalah masalah serius di dunia pendidikan. Tak cuma di negara berkembang seperti di Indonesia, di negera semapan AS pun bullying adalah isu yang tidak ada habisnya. Bahkan Presiden Barack Obama berada di garda depan dalam gerakan anti-bullying.

Kampanye anti-bullying ini terus digalakkan karena bullying di AS membuat sejumlah korbannya frustasi dan mengakhiri hidupnya. Inilah kisah tragis korban bullying dari negeri Paman Sam: 




Kisah Tyler Long (17)



Tyler Lee Long adalah pelajar SMA Murray County, Georgia, AS, kelahiran 25 April 1992. Pada 17 Oktober 2009, hidupnya berubah untuk selamanya. Pada Sabtu pagi hari itu, kedua orangtuanya -- David dan Tina Long -- mendapati Tyler yang berusia 17 tahun gantung diri di kamarnya. Tyler nekat mengakhiri masa remajanya karena tidak tahan menghadapi bullying.

Tyler menyandang sindrom asperger, salah satu bentuk autisme. Semasa hidup, dia terus-menerus diganggu oleh para siswa di sekolahnya. Orangtua Tyler merasa pihak sekolah mengabaikan tangisan permintaan tolong mereka. 

"Tyler bukanlah pelajar yang atletis. Ketika dia di kelas PE (pelajaran olahraga), dia selalu menjadi yang terakhir dipilih. Tidak ada seorang pun yang mau satu tim dengannya karena mereka bilang dia seorang <i>geek</i> dan homo, dan mereka tidak mau main dengannya," ujar ayah Tyler, David Long.

David mendengar suatu hari kepala anaknya itu didorong ke loker. Lalu siswa yang lain meneriakinya agar dia gantung diri, bahwa dia tidak berharga. "Dan saya rasa dia sudah pada titik di mana ini semua sudah cukup," kata David.

"Bila di sana ada surga, saya tahu Tyler ada di sana dan semua yang dapat saya lakukan adalah memiliki keyakinan bahwa saya akan berjumpa dengannya. Itulah yang membuat saya harus hidup dan saya harus hidup untuk dua anak saya lainnya. Saya harus membuat hidup mereka menyenangkan, senyaman dan sedamai yang saya mampu," ungkap David yang seringkali terpaksa meninggalkan pekerjaannya untuk mengatasi situasi yang terus meningkat terkait bullying yang menimpa anaknya itu.

Kini bersama istrinya, David menjadi motor gerakan nasional 'stop bullying'.



Kisah Ty Smalley (11)






Ty Field-Smalley adalah bocah SD berumur 11 tahun. Pada hari Kamis di bulan Mei 2010, tak lama setelah dia tiba di rumah setelah dijemput ibunya dari sekolah, Ty mengakhiri hidupnya. Peristiwa ini terjadi seminggu sebelum dia tamat kelas 6. Pada 17 Mei, Ty dimakamkan.

Ayah Ty, Kirk Smalley, menyebut anaknya selama dua tahun ini dibully terus-menerus di sekolahnya oleh seorang bocah lelaki yang sama. Pembully itu hanya menjalani 1 hari dari 3 hari hukuman skorsing karena mengganggu Ty. Ini adalah hukuman pertama kali dan satu-satunya yang dijatuhkan kepada pembully tersebut.

Pada hari Senin berikutnya pasca Ty bunuh diri, tutur Kirk, pembully itu mendatangi seorang gadis kecil dan bilang bahwa Ty tewas karena bocah perempuan itu. Kemudian bocah perempuan itu pulang ke rumah dan mencoba bunuh diri.

Setahun setelah Ty tewas, ungkap Kirk, bocah lelaki itu mendekati sahabat Ty dan berkata,"Aku sudah mengurus satu dari kalian. Sekarang coba aku lihat apa yang bisa aku lakukan padamu."

Kirk mengungkapkan, dia mengajari Ty untuk membela diri sendiri, namun dia tidak pernah bisa. "Dia adalah bocah paling kecil di sana, namun dia membela anak-anak lain. Ada seorang bocah, seorang bocah keturunan Amerika-India, yang sering diganggu. Ty mencoba membela bocah itu sehingga bocah-bocah yang lebih besar memukul Ty dan meninggalkan bocah (Amerika-India) itu," ujar Kirk.

Akhirnya, Ty sendirian mempertahankan diri. Dia mencoba melawan balik. Tapi hasilnya, dia dan bocah yang biasa membullynya itu mendapatkan hukuman yang sama: diskorsing dari sekolah. Atas hukuman itu, Ty merasa tidak berdaya dan memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.

Pasca kematian Ty, Kirk menjadi pejuang anti-bullying. "Saya sekarang memiliki tujuan yang besar dalam hidup," ujarnya. 

"Saya tidak akan berhenti. Saya akan melawan bullying di mana pun itu ditemukan. Di sekolah-sekolah. Di tempat kerja. Saya tidak akan berhenti hingga bullying (habis)," ungkap Kirk kepada CNN.



"Saya akan melawan bullying selamanya karena anak lelaki saya akan tetap berusia 11 tahun selamanya," tandas Kirk.


#StopBullying #SayNoToBullying

Tidak ada komentar:

Posting Komentar